Senin, 05 Februari 2018

KSA, Cerita Pejuang Data Pangan Yang Lebih Baik



Gong Start Survei KSA
Salah satu petugas mencari titik melewati Rawa
Ruang yang semula sepi tiba-tiba menjadi riuh, semua orang dengan antusias dan hebohnya menceritakan pengalaman melakukan pencacahan KSA ke sawah bahkan ke hutan.
Tepat pada tanggal 25 Januri 2018, gong start survei pengumpulan Kerangka Sampel Area atau lebih dikenal dengan Survei KSA dimulai, setiap petugas turun ke sawah, mencari titik koordinat yang telah ditentukan oleh sistem Aplikasi yang telah dirancang siap pakai oleh pegawai BPS Pusat, PCL didampingi oleh para PML dan supervisi dari BPS Kabupaten, semua turun ke lapngan, sehingga semua punya cerita.
Semua petugas, PMS, Supervisi berpencar menuju wilayah tugas masing-masing, ada yang sudah dari kemarin meninggalkan Kantor BPS Kabupaten Konawe karena jarak tempat tugas yang jauh, untuk sampai disana butuh waktu berjam-jam.

Demi Si Merah Rela Masuk Dapur Warga
Dimulai dari cerita mbak Nita, Supervisi pengumpulan survei KSA di Kecamatan Lambuya, dalam mencari kesembilan titik koordinat tidak ada kendala karena kondisi wilayahnya memang termasuk daerah yang  dekat dengan pemukiman, namun karena dekat dengan pemukiman, disitulah kehebohannya, mencari satu titik mengelillingi salah satu rumah warga, sampai harus masuk ke dapur warga untuk mengambil photo sebagai bukti wajib yang harus ada, agar satu segmen bisa diupload, kebayangkan bagaimana lucunya, harus minta izin ke warga untuk masuk ke rumahnya kemudian mengambil gambar, untung yang empunya rumah tidak keberatan dapurnya diphoto trus dikirim ke Jarakta, he.....
Selain cerita mbak Nita, adalagi cerita Yuni yang bercerita kehebohannya, harus turun ke sawah dengan matahari yang panas sekali, lunturlah bedak mahal, sia-sia mengeluarkan uang untuk perawatan selama berbulan-bulan, akhirnya harus hitam dalam sehari, tanggal 25 Januari tanggal kenangan, he... selain cerita lunturnya bedak dan sia-sianya perawatan, dia juga bercerita bagaiman dia tidak mau mengikuti petugas masuk ke hutan mencari titik koordinat di segmen ke-dua yang titik-titik koordinatnya terletak di hutan, dia khawatir tidak menemukan jalan untuk keluar, apalagi dia hanya berdua dengan mas petugas KSA. Sampai jam 17.00 Wita masih di lapangan menemani petugasnya, (S.a.l.u.t) Salut dah sama semangatnya....

Wanita Tangguh Penakluk Hutan, Lumpur, Sungai
Kalau ini cerita tentang si ibu tangguh, walau sebenarnya banyak ibu-ibu tangguh di BPS Konawe namun kali ini saya akan menceritakan ibu tangguh bernama Muliani Kadir, dari ceritanya, melaksanakan survei pengumpulan KSA, merupakan survei yang butuh tenaga ekstra, karena di wilayah dia bertugas merupakan daerah yang segmennya berada pada titik-titik yang sulit, untuk mendapatkan satu segmen dia harus melewati rawa-rawa sungai Konaweeha yang membatasi Kec. Besulutu dan Kabupaten Konawe Selatan yang terkenal dengan adanya buaya yang berdiam di sungai itu.  Sedangkan segmen di Desa Baini Kecamatan Sampara sebagian subsegmennya ada di gunung sebagian di jalan aspal, salah satu segmen di Kelurahan Besulutu Kec. Besulutu berada di Areal perusahaan perkebunan Kelapa sawit PT. Utama Agrindo Mas, bisa kita bayangkan bagaimana sulitnya masuk ke area perkebunan kelapa sawit, pagarnya pasti penuh dengan duri dan kemungkinan besar banyak ular yang berkeliaran disana (wahai pemerintah, pengguna data dan yang meragukan data BPS hargailah data yang dihasilan oleh petugas BPS karena untuk mendaptkannya mereka harus menghilangkan ketakutan,  mempertarukan nyawa, padahal ada keluarga yang ditinggalkan di rumah).
Jalanan yang dilalui untuk mendapatkan si titik merah
Lanjut cerita si wanita tangguh, Kegagalanya mendapatkan si titik merah di Desa rumbia kec. Bondoala karena tidak bisa diakses dan hanya ada jejak babi dan tidak ada jejak manusia dengan jalanan penuh lumpur, tidak serta merta melemahkan semangatnya walau sempat menciutkan nyalinya karena takut, tapi karena tugas negara, satu kewajiban yang harus dijalankan dan diselesaikan jadi harus tetap jalan, tiada kata menyerah.
Dari hasil akhir perjuangannya beberapa hari menyusuri hutan, rawa, gunung, jalanan belumpur, sungai, dari ketujuh Segmen tak satupun yang terindikasi sawah, jadi bulan depan harus ganti sampel dan pastinya harus berkeliling lagi mencari titik-titik koordinat sub segmen.  
sedihnya tuh disini (Sambil tunjuk hati)
tapi harus tetap semangat!!!!!!! 


Si Supervisi yang Paling Mengenaskan 
Lain lagi cerita si Arif, staf Distribusi, karena rumahnya di Kendari, dia diberi tugas yang dekat-dekat Kendari, maksud hati biar sekali mendayu dua pulau yang telampaui, turun kelapangan melaksanakan tugas, juga pulang ke rumah menemui ibunda atau menemui seseorang, entahlah....????
Mungkin ini kisah petugas supervisi yang paling mengenaskan diantara petugas supervisi lainnya, bayangkan dia harus berjam-jam berkelilng di dalam hutan sampai berfikir tidak pulang lagi karena tersesat, ditambah lagi di dalam hutan mereka tidak menumkan satu titikpun, lemes dah...
berjalan melewati sungai juga dia lalui, dan perjuangannya menuai hasil setelah berjalan jauh akhirnya mereka menemukan satu titik, dan titik perdana ditemukan ketika matahari di atas kepala, dan harus melanjutkan perjalanan mencari delapan titik lagi (karena satu segmen tidak akan bisa diupload pada sistem jika ke sembilan sub segmen tidak ditemukan). 

Tak Semudah yang Dibayangkan
Dan saya juga pribadi akan bercerita mengenai pengalaman supervisi di Kecamatan Wawotobi, wilayah ini merupakan kecamatan yang mudah dijangkau, sehingga saya berfikir akan tidak aada kendala, semua akan selesai dalam waktu yang singkat,
Namun tidak segampang yang saya bayangkan, sesampai di sawah hamparan padi yang sudah mengeluarkan bulirnya, menyambut kami penuh hangat,  namun teriknya matahari, seakan membakar pipi (salah sendiri tidak pakai topi atau sunblock).
Perlahan kami menuruni sawah yang dalam penuh lumpur, maklum saya tingginya dibawah standar alhasil badan seakan sejajar dengan padi, membuat saya agak kesusahan melangkah ditambah kaki berjalan tanpa alas alias kaki ayam.
Kelelahan habis mengelilingi hutan
Kaki telanjang berjalan mencari titik koordinat, bolak-balik mencari radius agar bisa mengambil photo, dengan kaki yang tertusuk rumput-rumput nakal, membuat saya berkali-kali berteriak au....sakit (maklum ibu-ibu emang suka kayak gitu kan????).
setelah menemukan titik koordinat kamipun berdiri tegap mengambil photo dengan sistem yang sudah terkoneksi dan menggunggahnya, karena sawahnya rata-rata mempunyai kondisi berlumpur dan dalam, jadilah pakain saya berlumpur.
Selesai mengambil gambar pada sembilan titik sub segmen matahari sudah di atas kepala dan tubuh mulai dehidrasi, akhirnya kami memutuskan untuk berteduh di gubuk pak tani, namun jarak antara tempat kami berdiri dengan gubuk lumayan jauh, akhirnya kami berjalan melewati pematang sawah, karena di dalam tas tersedia sandal jempit dan kaki saya sakit tertusuk-tusuk ditambah panas akhirnya saya memutuskan memakainya, namun apa yang terjadi, bukan memberi kenyamanan malah saya terjatuh dua kali masuk ke dalam  sawah, dan HP di tangan (maksud hati mendokumentasikan pengalaman di sawah) terjatuh masuk ke lumpur.

Petugas yang Terluka
Petugas sedang membalut luka dengan plastik dan daun gamal
Selesai satu segmen, dihari berikutnya, saya kembali melakukan supervisi di Kecamatan Wawotobi di kelurahan yang berbeda, saya dan petugas bernama pak Ardin kembali menyusuri pematang sawah, karena wilayahnya sangat dekat dengan pemukiman, kami tidak kesulitan untuk sampai disana, begitupun saat mencari titik koordinat, tidak ada kendala namun saat kami hendak mengambil gambar di titik ke-5 (titik C3) tiba-tiba pak Ardin yang tidak menggunakan alas kami menginjak pipa besi yang tertancap kuat ke tanah, kakinya luka dan keluar darah banyak, karena darah semakin deras keluar pak Ardin membungkusnya dengan plastik dan daun gamal, dan Alhamdulillahnya PML pak Ardinl tiba-tiba saja datang dan kami memutuskan membawa beliau ke Puskesmas terdekat untuk mendapat pertolongan, sesampai di Puskesmas, beliau dimasukan di UGD dibersihkan darahnya dan dijahit serta diperban (sekedar saran bagi para petinggi di BPS Pusat, sekiranya bisa pengadaan sepatu boot untuk petugas lapangan karena kita tidak tahu hal-hal yang tidak diinginkan bisa saja terjadi, karena jika menggunakan alas kaki (sepatu kerja, sandal) turun ke sawah bukan memberi kenyamanan malah merepotkan), apalagi kegiatan KSA ini masih berlangsung selama sebelas bulan ke depan.
Perawat sedang Menjahit luka Petugas KSA
Karena musibah yang menimpa pak Sardin, pengumpulan datanya terpakas dipending sampai beberapa hari kemudian, yang jelas tidak lewat dari tanggal 31 Januari 2018, karena tanggal 31 Januari 2018 merupakan hari terakhir pengumpulan data Survei KSA, sistem akan menolak laporan yang dikirim.  
Sebenarnya masih banyak Suka duka petugas, Pengawas, Supervisi di lapangan namun saya tidak menuliskan semuanya, saya merasa ini cukup mewakili untuk meyakinkan pemerintah, pengguna data bahwa BPS menyediakan data yang benar, BPS memotret langsung kondisi lapangan (masyarakat), BPS tidak mengarang di Meja.
Semoga bermanfaat...

#PerempuanBPSMenulis
#MenulisASyikdanBahagia
#15HariBercerita
#HariKe-1





Tidak ada komentar: