Rabu, 31 Mei 2017

Kemana Melabuhkan Cinta?

Cinta muncul karena adanya keindahan yang ditangkap oleh panca indra . Seperti wajah yang rupawan, pemandangan yang indah dan sebagainya. Nah, sekarang mari kita telusuri dari mana munculnya keindahan, dan siapa sebenarnya memiliki keindahan dan siapa sebenanrnya yang layak dicintai.
Bila kita jatuh cinta pada seseorang karena rupanya, dari siapakah ia mendapatkan wajah itu? bila kita mengagumi seorang pemimpin yang adil dan bijaksanaadari siap pula ia memiliki keutamaan itu? Bila kita melihat air pegunungan yang mengalir jernih, air terjun yang indah berpelangi, atau dasar laut yang cantik memikat, siapakah yang menciptakan semua keindahan itu?
Teman, bila kita tahu bahwa segala kecantikan datangnya dari Allah, segala keindahan berasal dari Allah, dan segala kesempurnaan adalah milik Allah. Siapa lagi yang layak kita kagumi dan kita cintai selain Allah?

Yang Mencintai Dirinya Akan Mencintai Tuhannya
Pada penyebab pertama lahirnya cinta, tentu kita ketahui bahwa manusia itu mncintai dirinya, kesempurnaannya, dan kelangsungan hidupnya. Ia benci pada kebinasaan, kehancuran dan kekurangan dirinya. Ini adalah naluri setiap mahluk hidup. 
maka dari itu, ia harus cinta kepada Allah, karena orang yag mengenal dirinya dan Allah pasti tahu bahwa ia tidak memiliki keberadaan, kehancuran, kemajuan dan semua yang ia alami merupakan hadiah dari Allah, dan ia pun akan kembali kepada-Nya.

Yang Mencintai Kebaikan Akan Mencintai Tuhannya 
Kita semua mencintai kebaikan, semua orang akan mencintai orang lain yang teah berbuat baik kepadanya, yamg membantunya dengan harta, yang menolongnya dari musuh-musuhnya, yang berlaku lemah lembut dan santun kepadanya, yang memberikan manfaat baginya dan membantunya mencapai tujuan yang dicita-citakannya.
Karena kebaikan-kebaikan itulah ia jatuh cinta kepadanya. Tapi, dari manakah datangnya kebaikan-kebaikan itu? Karena, bila orang tersebut mengetahui dengan sebenar-benarnya, ia akan tahu bahwa yang berbuat baik kepadanya tidak lain adalah Allah. Maka, seharusnya ia tidak mencintai selain Allah, sebab kabaikan Allah kepada semua hamba-Nya tidak mampu menghitungnya.

"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya," (QS An-Nahl: 18).