Pegawai_BPS_Bulungan_KaryaAjengF |
Foto bersama Pegawai BPS Bulungan dibawah kepimpinan pak Yasid |
Foto bersama pegawai BPS Bulungan dibawah kepemimpinan Pak Fikri |
Foto Bersama Pegawai BPS Bulungan dibawah kepemimpinan pak Maibu |
Nyoto habis Goes |
Langit dimanapun berwarna biru walau terkadang putih
jika tertutup awan, namun disetiap bawah langit semua cerita berbeda. Kali ini
ceritaku selama kurang lebih delapan tahun mendiami Ibu Kota Provinsi termudah di
Indonesia, banyak cerita yang terangkai, kenangan yang terlalui, mimpi yang
menggantung ,semangat yang membara, cinta yang terpatri di hati dan kasih
sayang yang menyelimuti ruang kalbu.
Kenangan pertama kali datang ke kota ini masih sangat
lekat seperti basahnya jalanan di pagi hari karena hujan semalam, daerah yang
cukup unik untuk didatangi karena untuk sampai disana harus dengan menaiki
sebuah kapal yang biasa disebut speed bout atau kalau orang Sulawesi
menyebutnya jonson, dari kota Tarakan harus membela laut Sulawesi
melawan arus Sungai Kayan, sekali-sekali terkaget karena ombak dari
pertemuan Speed bout arah Tanjung Selor-Tarakan.
Di bawah langit Bulungan dipertemukan dengan berbagai
macam sosok dengan karakter yang berbeda-beda, kecintaan, warnah kulit yang
bervariasi.
Mbak Enstina Andari Putri, Bapak Ilham
Kadrie, Mas Budi Setya Wibowo, sosok yang pertama kali saya kenal
dikedatangan saya delapan tahun lalu, mereka dengan wajah bersahabat menyambut
saya di pelabuhan dan mengantar saya ke rumah kontrakan, dalam perjalanan
sekali-kali mereka mengajak saya ngobrol dengan pertanyaan yang biasa
ditanyakan pada anak baru, selebihnya mereka mengobrolkan kondisi kantor saat
itu.
Sampai di kantor BPS Kab. Bulungan, saya cukup heran
melihat kondisi kantor dan orang-orangnya, dimana pada saat itu saya melihat
beberapa dari pegawainya menggunakan sepatu boot di kantor, setau saya sepatu
boot itu dipake ke kebun, petugas kebersihan, (Mas Idhamsya, piss....
yang saya maksud itu mas Idham,he..he...).
Keheranan saya bertambah setelah melihat rumah
panggung tapi pondasinya dari kayu, serta rumah panggung yang tiangnya hanya
sekitar 50 Cm, semua tampak unik menurutku kala itu.
Hari berlalu, kekeluargaan yang tercipta di kantor
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulungan kian terasa, walau tinggal jauh dari
tanah kelahiran namun rasanya tiap hari bersua dengan saudara sendiri.
Kantor BPS Bulungan telah menorehkan begitu
banyak kenangan, disana saya bersua dengan meraka yang sudah begitu banyak makan
garam kehidupan khususnya makan garam mendata responden yang kadang wellcome
namun tidak jarang ada responden yang no respeck.
Hari itu tepatnya tanggal 1 Mei 2010, hari pertama
pendataan Sensus Penduduk Tahun 2010, saya dan mbak Putri pergi ke desa-desa
yang ada di Kecamatan Tanjung Palas (karena waktu itu saya dan mbak Putri
bertugas sebagai koordinator lapangan), tidak terlewat desa terjauh Desa
Antutan juga kami datangi, disana kami berkoordinasi denga petugas lapangan dan
melihat bagaimana mereka melakukan wawancara dengan masyarakat.
Cerita menariknya, karena kami merasa untuk hari ini
cukup kegiatan lapangannya, kamipun pulang dengan mengendarai motor Karisma
X keluaran tahun 2004, keberuntungan hari ini tidak berpihak pada kami,
baru beberapa kilo kami melewati jembatan sungai Kayan, ban motor bocor,
alhasil kami harus berjalan kaki melewati hutan dengan jalanan berbatu ditambah
matahari yang terik dan kendaraan yang lewat sangat jarang sekali (untuk minta
bantuan) ditambah harus mendorong motor.
Allah berfirman : "Janganlah
engkau pernah berputus asa dari Rahmat Allah SWT"
ini terbukti
ketika kami sudah sangat lelah, Allah mendatangkan pertolongannya, dikirm
seorang lelaki gagah mengulurkan bantuan pada kami, motor yang ditumpanginya
diserahkan ke kami untuk dikendarai setidaknya sampai menemukan bengkel, dan
motor kami, dibawah olehnya, entah bagaimana caranya dia mengendarai, hingga
sampai di bengkel terdekat. Setelah kami bercerita dengan lelaki gagah itu
ternyata dia adalah ex karyawan BPS Kabupaten Bulungan, dan adiknya Muhamadsyah
kini menjadi karyawan juga di BPS Kabupaten Bulungan.
Ini
sisa-sisa cerita SP2010
Tamasyah bersama sahabat |
- Mencacah Susenas ke Kec. Peso dengan menaiki Speed boat kecil, berangkat pagi pulang malam, melawan arus sungai Kayan, sambil menikmati suguhan pemandangan nan indah.
- Pengawasan ke Kecamatan Tanjung Palas Utara, dengan pede-nya menaiki motor melewati jalanan terjal, naik turun gunung, jika ketemu jalanan mendaki terpaksa yang dibonceng (itu aku) harus turun mendorong motor, ditambah banyakjalanan longsor. karena kami tidak berani kembali naik motor, alhasil kami minta jemput sama orang kantor, dan terimakasih saya haturkan kepada mas Karno dan Mas Idhamsya, yang bersedia menjemput kami dengan mobil, dan motornya kami kirim pake perahu sama mas Bambang Luhat, terimakasih mas Bams!!!!!
- Mencacah taskforce Sensus Pertanian di daerah transmigrasi, kesananya kami menggunakan dua spead boat karena jumlah petugas dari kantor sembilan orang (Elli Astutik, Chairunnisa Julfadlina, Ajeng Fitricha Wulandari, Risa Cahyanti, Erma Maslahatul Umami, Mas Budi, Mas Bambang, Mas Idham, dan saya sendiri), kali itu banyak kisah yang kami dapat dari para pejuang kehidupan, mereka datang jauh dari tanah kelahiran (dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat) memulai hidup bermodalkan keyakinan pada Allah sang pemilik segalaNya, hidup mereka apa adanya, jika siang hari mereka bekerja mengolah kebun yang dipinjamkan oleh pemerintah Kabupaten Bulungan, malam hari mereka beristirahat dengan hiburan suara-suara dari binatang-binatang di sekeliling (karena di daerah tranmigrasi tersebut belum terarusi listrik). Masih banyak keluh yang disampaikan oleh para warga, karena menurut mereka kami bisa menyampaiakn aspirasi mereka ke pemerintah daerah. Tidak terasa matahari mulai tidak menampakan diri, tertutup awan merah, namun yang menjadi tanggung jawab kami waktu itu belum selesai, sehingga kami memutuskan untuk menyelesaikan tanggung jawab kami pada negara. dan alhasil kami meninggalkan kampung transmigrasi di malam hari, gelap...iya gelap sekali, penerangan kami hanya bermodalkan senter hand phone melewati sungai-sungai kecil ditambah Spead boat yang sesak, karena satu spead boat bermuatan sembilan orang yang batas maksimal muatanya tujuh orang, ngeri...iya, sunggu mengerikan, apalagi sungai yang kami lewati katanya sering dilewati buaya, di atas spead boat kami hanya sesekali tertawa jika salah dua dari kami melucu. Alhamdulillah, tidak terasa, spead boat bersandar di pinggir sungai kayan, itu artinya, kami sudah sampai dengan selamat. Seolah bapak pimpinan Achmad Yasid Wijaya, SE merasakan kelelahan yang kami rasa seharian itu, beliau meminta kami untuk terlebih dahulu kerumahnya sebelum pulang ke rumah masing-masing, disana kami disuguhi bakso uenaeeeenak sekali (fakor l.a.p.a.r) ditambah hiburan anak kecil yang sangat lucu (Afiq guanteng dan super aktif). Cerita BPS tidak hanya mencacah, bekerja di bagian administrasi juga memberikan banyak pelajaran, tidak hanya pelajarn tentang dunia kerja, tapi juga pelajaran hidup, untuk bersabar dalam segala kondisi, terimakasih mas Karno, mbak Adis, kalian banyak mengajariku.
Ulang Tahun |
Pulau Kakaban_Refreshing sebelum SP2010 |
Tamsyah Ke Mangkupadi |
Acara pelepasan calon pengantin mbak Dian |
Hari itu, mentari tidak begitu terik, kami memulai
langkah mendaki gunung putih, dengan langkah yang penuh semangat, kami
melangkahkan kaki untuk mencapai puncak yang kata orang jika sudah sampai di
atas puncak, lelah yang dilalui akan hilang terbawa hembusan angin yang menerpa
wajah, dan saya buktikan, ungkapan tersebut tidak salah, semua begitu menyenangkan,
kami sangat menikmati suguhan pemandangan kota Tanjung selor dari atas puncak Gunung
Putih.
Selain asyik menyenangkan dunia sendiri, saya juga
aktif dikegiatan sosial bersama ibu-ibu cantik, soleha, dan penuh semangat,
kumpulannya bernama PD. SALIMAH BULUNGAN, disana kutemukan cinta,
ketulusan, pengorbanan, kasih sayang pada sesama, terbukti PD. Salimah Bulungan
selalu hadir memberi kontribusi pada perubahan peradaban yang lebih baik.
Sesuai visi Salimah
Mendaki Gunung Putih |
Program-pogram yang dilaksanakan PD. Salimah Bulungan
dalam mencapai visinya antara lain :
- Sekolah Ibu Salimah Terpadu (SISTER),
- Gerakan Membaca Al Qur'an (GEMA SALIMAH)
- Baitul Quran Salimah (BQS)
- Forum Silaturrahmi Majelis Taklim (Forsil)
- Pelatihan Kepribadian Muslimah
- Pos Penanggulangan Musibah dan Bencana
- Salimah Berbagi (Berbagi parsel di waktu lebaran Idul Fitri)
Sedikit cerita tentang Salimah, kalau mau lebih mengenal PD. Salimah
Bulunga, silahkan berkunjung ke http://salimahbulungankaltim.blogspot.co.id/.
Selama saya
mendiamai ibu kota Kalimantan Utara, beberapa kali saya harus berpindah, mulai
dari rumah kosan mbak Yuni Satriyani, kosan kampung Arab, Meranti.
Setiap tempat ada ceritanya, setiap cerita ada latarnya, dan saya akan berbagi
cerita dengan latar kampung Arab, disana pemandangan sangat indah, angin sepoi,
ditambah indahnya arus sungai Kayan.
Panen Rambutan |
Dikosan kampung Arab, banya sekali kenangannya, di
balkon kosan sambil menikmati indahnya pemandangan sungai kayan dan hijaunya
pohon, kami sering berbagi kisah, juga berbagi makanan, he... jadi ingat makan
duren sama Intan, Mbak Murni, Erma.
Beberapa tahun tinggal di Kampung Arab, saya
memutuskan pindah ke Meranti (mencari suasana baru, menambah saudara), disana
tidak kalah banyak cerita menariknya, di Meranti banyak anak yang menghiasai
hari-hari kami, saya dan mbak Anis sangat senang pernah merasakan indahnya
bermain bersama, banjir-banjiran, memasak, belajar mengaji, membaca di taman
baca Meranti Cerdas, berbagi ilmu, rekreasi bersama, panen buah. Semua
sangat menyenangkan.
Sahabat-sahabatku dalam mencari ilmu agama tidak akan pernah terlupa, apalagi guru-guru tercinta, semoga kita semua bersama, bersahabat, bersaudara walau raga tak bersua tapi jalinan silaturahmi tetap terjalin, kelak di Surganya Allah kita didudukan bersama di difan-difan di pinggir sungai yang mengalir, Aamiin... i Miss You Mbak Aya, Mbak Evy, Mbak Tini, Mbak Niken, Mbak Ijum, Mbak Nisa, Mbak Sri, Mbak Endang, Mbak Heni, Mbak Hesti, Erma, Mbak Nurin, Mbak Yuni, mba Putri, Imeh, Sarah, Sasa, Nihlah, Fauziah, Mbak Wiwid, Mbak Vera, Mbak Ani, dan semua yang tidak tersebut namanya.
Bersama anak Meranti berenang di sungai Kayan |
Sendirinya saya di Kosan sering sekali melahirkan
impian-impian yang begitu ingin dicapai, banyak yang ditulis di buku, tidak
sedikit yang hanya numpang lewat. Impian-impian itu melahirkan semangat dalam
diri untuk melakukan yang terbaik, walau mungkin belum bisa mempersembahkan
yang terbaik untuk orang-orang terkasih.
Outbound anak Bintang Kelas |
#TanjungSelorKotaKenangan#
#TanjungSelorBulunganKalimantanUtara#
#BadanPusatStatistikKekeluargaanKelapanganKecamatanMencacahBendahara#
#RefreshingKeDerawanIslandandKakabanIsland#
#Pawai17Agustus#
#Goes_MakanSoto#
#RefreshingKeDerawanIslandandKakabanIsland#
#Pawai17Agustus#
#Goes_MakanSoto#
#TamasyakeGunungPutih#
#KomunitasSalimahIbuibucintaBelajarKegiatanSeminarBaksos#
#RelawanIndonesiaPenggalanganDana#
#RelawanIndonesiaPenggalanganDana#
#BandaraKampungArabMeranti#
#AlIkhkasAbdurrahimMerantiCerdas#
#BukaBersamadilanjutfotobarengdiSungaiKayan#
#SungaiKayanKolbuTuguPerdamaianKultekaKilo18#
#Pertemuankenalanbersahabatcinta#
#Kenanganimpiansemangat#
#LebaranMudikTaxiSpeedboutOjekPesawatTaxiBusPiposs#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar