Cinta muncul karena adanya keindahan yang ditangkap oleh panca indra . Seperti wajah yang rupawan, pemandangan yang indah dan sebagainya. Nah, sekarang mari kita telusuri dari mana munculnya keindahan, dan siapa sebenarnya memiliki keindahan dan siapa sebenanrnya yang layak dicintai.
Bila kita jatuh cinta pada seseorang karena rupanya, dari siapakah ia mendapatkan wajah itu? bila kita mengagumi seorang pemimpin yang adil dan bijaksanaadari siap pula ia memiliki keutamaan itu? Bila kita melihat air pegunungan yang mengalir jernih, air terjun yang indah berpelangi, atau dasar laut yang cantik memikat, siapakah yang menciptakan semua keindahan itu?
Teman, bila kita tahu bahwa segala kecantikan datangnya dari Allah, segala keindahan berasal dari Allah, dan segala kesempurnaan adalah milik Allah. Siapa lagi yang layak kita kagumi dan kita cintai selain Allah?
Yang Mencintai Dirinya Akan Mencintai Tuhannya
Pada penyebab pertama lahirnya cinta, tentu kita ketahui bahwa manusia itu mncintai dirinya, kesempurnaannya, dan kelangsungan hidupnya. Ia benci pada kebinasaan, kehancuran dan kekurangan dirinya. Ini adalah naluri setiap mahluk hidup.
maka dari itu, ia harus cinta kepada Allah, karena orang yag mengenal dirinya dan Allah pasti tahu bahwa ia tidak memiliki keberadaan, kehancuran, kemajuan dan semua yang ia alami merupakan hadiah dari Allah, dan ia pun akan kembali kepada-Nya.
Yang Mencintai Kebaikan Akan Mencintai Tuhannya
Kita semua mencintai kebaikan, semua orang akan mencintai orang lain yang teah berbuat baik kepadanya, yamg membantunya dengan harta, yang menolongnya dari musuh-musuhnya, yang berlaku lemah lembut dan santun kepadanya, yang memberikan manfaat baginya dan membantunya mencapai tujuan yang dicita-citakannya.
Karena kebaikan-kebaikan itulah ia jatuh cinta kepadanya. Tapi, dari manakah datangnya kebaikan-kebaikan itu? Karena, bila orang tersebut mengetahui dengan sebenar-benarnya, ia akan tahu bahwa yang berbuat baik kepadanya tidak lain adalah Allah. Maka, seharusnya ia tidak mencintai selain Allah, sebab kabaikan Allah kepada semua hamba-Nya tidak mampu menghitungnya.
"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya," (QS An-Nahl: 18).
Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa kebaikan seseorang kepada orang lain sebetulnya tidak nyata, tapi hanya sebuah kiasan. Sesungguhnya yang berbuat baik adalah Allah SWT melalui orang teresebut. Jadi, orang itu hanya menjadi media perantara, dimana Allah memberi kebaikan melaluinya.
Begitulah Imam Al Ghazali mengibaratkan, seandainya ada seseorang yang memberikan seluruh hartanya sepenuh gudang kepada kita, dan kita bebas mengambilnya dan dipersilahkan untuk mempergunakannya sesuka hati kita, lalu kita mengira kebaikan itu berasal dari dirinya, itu keliru. Mari kita telusuri. Siapakah yang menciptakan orang dermawan tersebut? Siapakah yang memberinya kekayaan? Siapakah yang membuat si dermawan tersebut sayang kepada kita? Siapakah yang memalingkan wajahnya kepada kita , sehingga kita diberinya hadiah dan bukan orang lain? atau siapakah yang memberikan ide dan pikiran kepadanya bahwa berbuat baik kepada kita akan membawa kebaikan dunia dan akhirat? Sungguh, semua itu karena kehendak Allah SWT.
Ketika Allah telah menakdirkan semua itu, orang tersebut pasti akan membrikan hadiah kepada kita, dan tidka bisa melawannya. Jadi, yag sebenarnya dermawan adalah Allah, yang telah 'memaksa' orang itu untuk berbuat baik kepada kita, yang mendorongnya untuk memberi hadiah itu kepada kita. Tangan orang itu adalah sarana dan perantara Allah mengirimkan kebaikan-Nya.
Selayaknya kita meyakini kebaikan-Nya dan mensyukuri bahwa hal itu berasal dari-Nya. Saat kita berterimakasih kepada orang yag telah berbuat baik , saat itu juga sesungguhnya kita tengah berterimakasih kepada Allah. Karenanya, bila ada seseorang yang berterimaksih kepada orang lain, tak jarang kita mendengar jawaban "Berterima kasihlah kepada Allah, Dia yang telah membuat saya berbuat kepadamu"
"Ketika seseorang berbuat baik kepda orang lain, maka sejatinya ia berbuat baik kepada dirinya sendiri"
Referensi Buku Tarbiyah cinta Imam Al-Ghazali
Su,ber gambar : www.atobasahona.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar