Rezeki Datangnya Dari
Arah Yang Tak Disangka-Sangka
Bersama Bapak Ir. Pitono, M.Si (Kepala Biro Umum Badan Pusat Statistik RI)
Hari ini mentari mulai meninggi,
diikuti riuhnya suara kendaraan yang lalu lalang, para abdi negara mulai memacu
kendaraan masing-masing hanya untuk sampai di kantor tepat waktu agar tidak
terlambat yang akan mengakibatkan terpotongnya Tunjangan Kinerja (Yang lagi In diperbincangkan, tak terkecuali Insan
Statistik juga dihebohkan dengan tunjangan
kinerja ini).
Bukan suatu kebetulan, Allah
mengirimkan sosok Pemimpin yang memiliki Jiwa mengayomi, mengharahkan, mendidik, memberi semangat dihadirkan
ditengah-tengah kami (pegawai BPS Kab. Bulugan) yang memang lagi membutuhkan
Sport dari orang-orang yang memiliki pengalaman dan semangat juang yag tinggi.
Bapak Ir. Pitono M.Si, Beliau
seorang Kepala Biro Umum di BPS RI memiliki gaya bahasa yang santai, tegasa, namun
nasehatnya begitu mengena di hati.
Diawali dengan perkenalan beliau,
Mulai dari Nama, keluarga, perjalanan
karier di dunia perstatistikan, bahkan kisah perjalanan hidup yang penuh
tantangan namun selalu mendapat jalan keluar dari setiap ujian kehidupan.
Satu hal pertama yang bisa saya
simpulkan diawal pengarahan beliau, bahwa “setiap kesuksesan selalu dibarengi
dengan kerja keras, semangat dan pantang menyerah (jatuh bangun)”
Meski tujuan beliau berkunjung ke BPS
Bulungan bukan untuk memberi pengarahan, apalagi sebagai seorang motifator,
tapi bagi saya dan kawan-kawan di BPS Bulungan, kehadiran beliau bagai titik
embun membasahi bumi dimusim kemarau.
Ketikan berhubungan dengan orang
lain, maka dipastikan akan ada Pro kontra,
ada yang suka, tidak suka, bahkan ada yang berpura-pura setuju di depan tapi
dibelakang beda, hal ini tidak bisa kita
hindari karena setiap orang memiliki hati dan pikiran masing-masing, apalagi
terkait dengan kebijakan (menurut beliau, kebijakan itu sudah pasti menyeleweng
dari aturan), kebijakan diambil karena kondisional dan hal ini pasti ada
perbedaan penafsiran, namun jangan bingung dengan orang yang tidak setuju,
karena hal ini adalah sesuatu yang pasti, ada yang setuju dan tidak setuju.
Itulah awal dari pengarahan beliau.
Beliau bercerita tentang bagaimana penilain
orang terhadap apa yang dilakukan seorang bapak dan anak, ceritanya cukup
menarik, disuatu siang yang terik, berjalanlah seoarang bapak dan anak
lelakinya beserta kuda kecil peliharaan mereka, di tengah perjalanan sang bapak
dan anak merasa kelelahan, akhirnya sang bapak seoarag diri menunggangi kuda
kecil mereka, kemudian orang yang melihat kondisi ini berkata “kok, bapaknya tegah nian membiarkan anaknya berjalan
sedangkan dia sendiri asyik duduk menunggangi kuda mereka”, karena mendengar
ucapan orang yang melihat kondisi mereka akhirnya sang bapak turun dari kudanya
dan mempersilahkan sang anak untuk menggantinya menunggangi kuda, namun tak
disangkanya sosok yang melihat mereka dengan entengnya mengatakan, “anak kok
sungguh tidak sopan, membiarkan orang tua berjalan, sedangkan dia asyik
menunggangi kuda”, karena tidak ingin sang anak dikatai anak tidak sopan,
akhirnya sang bapak kembali menaiki kuda dan duduk di belakang sang anak, tidak
lama mereka menunggangi sang kuda kecil mereka,
suara sumbang kembali terdengar, jadi orang kok sungguh tidak punya peri
kehewanan, kuda kecil diberi beban yang begitu berat, tanpa piker panjang
akhirnya sang bapak dan anaknya turun dan menggendong kuda peliharaan mereka
sambil berjalan, namun hal ini tidak terlepas dari omongan orang lain, malah
bapak dan anak dianggap orang yang lagi sakit jiwa.
Ya….. kembali lagi, setiap yang
kita lakukan, baik itu baik, tidak baik, pasti ada yang tidak setuju, itulah
kehidupan.
Jangan pernah merisaukan rezeki
Karena dia pasti akan datang, kata beliau Rezeki itu datangnya dari empat
penjuru,
Yang pertama, beliau menyatakan
bahwa "kebutuhan dasar” merupakan Rezeki
karena meskipun seseorang tidak bekerja
maka Allah akan tetap memberinya rezeki, misalkan seorang kakek tua yang sudah
tidak mampu bekerja dan tidak memiliki keluarga, maka Allah yang menjamin
rezekinya
melalui orang-orang yang ada di sekitarnya.
Selanjutnya beliau mengatakan bahwa
datangnya "rezeki tergantung dari amal perbuatan masing-masing manusia itu
sendiri", apakah sama yang akan
didapatkan seseoarang yang hanya berpangku tangan dengan orang yang bekerja
keras, membanting tulang , berusaha sekuat tenaga, misalkan seorang anak yang
hanya sukanya bermalas-malasan, dengan anak yang begitu rajin belajar, maka
pasti mereka akan meiliki perbedaan dai sgi pengetahuan dan kelak ketika mereka
besar maka bisa dipastikan yang rajn belajar akan mendapatkan kemudahan dalam
hidupnya, pekerjaan yang akan mencarinya.
Dalam hal ini beliau mencotohkan
dirinya,
Kemudian menurut beliau, rezeki
datang jika manusia itu mensyukuri nikmat yang telah dikaruniakan padanya,
beliau bercerita bagaimana ujian yang
telah dilewatinya dengan penuh kesyukuran akhirnya membuka rezeki yang
lebih luas bagi diri dan keluarganya,
Dulu beliau, ditempatkan di pulau
Bima, salah satu kota yang terletak di
Propinsi Nusa Tenggara Barat, disana beliau, tinggal disebuah rumah di
tengah sawah, pada suatu hari, rumah tempat tinggal beliau kemalingan beras,
karena pada zaman itu, PNS mendapat tunjangan beras, sebagai tambahan gaji,
maka beras yang menjadi tumpuan harapan mereka untuk memenuhi kebutuhan
keluarga selama sebulan raib dicuri maling, sampai sang istri sangat sedih pada
saat mengetahui hal itu.
Kesedihan masih terpancar di wajah
sang istri, ketika hendak ke dapur memasak namun tak ada bahan baku untuk
itu, karena sedih melihat wajah sang istri, akhirnya beliau bermiat berjalan-jalan
hendak mencari pinjaman, namun belum sempat kaki melangkah meninggalkan rumah
mereka, terdengar ketukan daun pintu yang diikuti salam, “Assalamu alaikum”,
Waalaikumsalam, jawab beliau,
Ternyata, yang berdiri di balik
pintu adalah seorang tetangga yang setiap hari beliau silaturahmi dengan
mengucap salam setiap sang tetangga melewati rumah beliau untuk menuju ke
Masjid.
“Tetangga : Bapak Pitono, saya dengar bapak kemalingan
beras ya semalam”
Pak Pitono : iya pak, mungkin berasnya belum rezeki
Tetangga : Pak,
ini ada sedikit beras, sebagai pengganti dari beras bapak yang digondoli maling
Pak Pitono : Terimakasih pak, ini banyak sekali pak
(sekarung) semoga Allah membalasnya
Tetangga :
Aamiin, kalau begitu saya pamit pak
Pak Pitono :
monggo, sekali lagi terimakasih pak.
Beras yang diantar pak tetagga
mampu menyulap wajah sang istri yang tadinya kusut, buram menjadi begitu ceria,
bahagia bukan kepayang.
Tidak sampai disitu balasan
kebahagian atas ujian yang mereka lewati, tak berselang lama sang pak tetangga
berlalu meninggalkan rumah beliau kembali datang seorang sosok yang tidak
asing, bapak itu adalah orang suruhan atasannya di kantor (ternyata kabar
raibnya beras, dibawah maling sampai ke teliga atasannya, atasannya adalah
orang yng mudah empati dengan keadaan orang lain, apalagi atasan beliau itu
sangat mengetahui kondisi ekonomi keluarganya.
Sosok yang tida asing itu berdiri
sembari memegang ujung karung yang baru diturunkan dari punggungnya, dan Masya
Allah kesyukuran itu semakin membuncah akan balasan atas kesabaran dengan ujian
yang baru saja menimpa keluarga.
Selanjutnya, Rezeki aka semakin
mengalir bagai air jika hati sang pemilik jasad mensyukuri semua yang menjadi
jatahnya, namun bukan berarti diam saja tanpa ada usaha untuk melakukan
perubahan yang lebih baik.
Selanjutnya rezeki akan mendatangi
tanpa dipikirkan, ini tergantung dari ketaqwaan seseorang kepada Rab-Nya,
contoh yang paling utama adalah Baginda Rauslullah Muhammad SAW, yag tidak
pernah takut akan rezekinya, setiap beliau dan golongan Mukminin memenangkan
peperangan, Beliau dan sahabat tidak pernah mengambil harta rampasan itu
sepenuhnya, harta itu kemudian dibagikan kepada para fakir miskin, anak yatim
dan janda-janda yang telah ditinggal oleh suami-suami mereka.
Catatan yang sangat berharga bagi
saya pada sharing kali ini bahwa seseorang akan menjadi dewasa jika banyak ditempa, dia akan lebih bijak
dalam mengambil keputusann dan akan lebih sabar menjaani setiap fase kehidupan.
Setiap kehidupan, bukan hanya pada
orang lain, tapi dalam kelurga pasti ada perbedaaan, namun perbedaan yang ada
jangan dipersoalkan tapi dimanfaatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar