Minggu, 03 Mei 2015

Rezeki Datangnya Dari Arah Yang Tak Disangka-Sangka




Rezeki Datangnya Dari Arah Yang Tak Disangka-Sangka
Bersama Bapak Ir. Pitono, M.Si  (Kepala Biro Umum Badan Pusat Statistik RI)
    Hari ini mentari mulai meninggi, diikuti riuhnya suara kendaraan yang lalu lalang, para abdi negara mulai memacu kendaraan masing-masing hanya untuk sampai di kantor tepat waktu agar tidak terlambat yang akan mengakibatkan terpotongnya Tunjangan Kinerja (Yang lagi In diperbincangkan, tak terkecuali Insan Statistik juga dihebohkan dengan tunjangan kinerja ini).


Bukan suatu kebetulan, Allah mengirimkan sosok Pemimpin yang memiliki Jiwa mengayomi, mengharahkan,  mendidik, memberi semangat dihadirkan ditengah-tengah kami (pegawai BPS Kab. Bulugan) yang memang lagi membutuhkan Sport dari orang-orang yang memiliki pengalaman dan semangat juang yag tinggi.
Bapak Ir. Pitono M.Si, Beliau seorang Kepala Biro Umum di BPS RI memiliki gaya bahasa yang santai, tegasa, namun nasehatnya begitu mengena di hati.
Diawali dengan perkenalan beliau, Mulai dari Nama,  keluarga, perjalanan karier di dunia perstatistikan, bahkan kisah perjalanan hidup yang penuh tantangan namun selalu mendapat jalan keluar dari setiap ujian kehidupan.
     Satu hal pertama yang bisa saya simpulkan diawal pengarahan beliau, bahwa “setiap kesuksesan selalu dibarengi dengan kerja keras, semangat dan pantang menyerah (jatuh bangun)”
Meski tujuan beliau berkunjung ke BPS Bulungan bukan untuk memberi pengarahan, apalagi sebagai seorang motifator, tapi bagi saya dan kawan-kawan di BPS Bulungan, kehadiran beliau bagai titik embun membasahi bumi dimusim kemarau.
     Ketikan berhubungan dengan orang lain, maka dipastikan akan ada Pro kontra, ada yang suka, tidak suka, bahkan ada yang berpura-pura setuju di depan tapi dibelakang beda,  hal ini tidak bisa kita hindari karena setiap orang memiliki hati dan pikiran masing-masing, apalagi terkait dengan kebijakan (menurut beliau, kebijakan itu sudah pasti menyeleweng dari aturan), kebijakan diambil karena kondisional dan hal ini pasti ada perbedaan penafsiran, namun jangan bingung dengan orang yang tidak setuju, karena hal ini adalah sesuatu yang pasti, ada yang setuju dan tidak setuju. Itulah awal dari pengarahan beliau.
Beliau bercerita tentang bagaimana penilain orang terhadap apa yang dilakukan seorang bapak dan anak, ceritanya cukup menarik, disuatu siang yang terik, berjalanlah seoarang bapak dan anak lelakinya beserta kuda kecil peliharaan mereka, di tengah perjalanan sang bapak dan anak merasa kelelahan, akhirnya sang bapak seoarag diri menunggangi kuda kecil mereka, kemudian orang yang melihat kondisi ini berkata “kok, bapaknya  tegah nian membiarkan anaknya berjalan sedangkan dia sendiri asyik duduk menunggangi kuda mereka”, karena mendengar ucapan orang yang melihat kondisi mereka akhirnya sang bapak turun dari kudanya dan mempersilahkan sang anak untuk menggantinya menunggangi kuda, namun tak disangkanya sosok yang melihat mereka dengan entengnya mengatakan, “anak kok sungguh tidak sopan, membiarkan orang tua berjalan, sedangkan dia asyik menunggangi kuda”, karena tidak ingin sang anak dikatai anak tidak sopan, akhirnya sang bapak kembali menaiki kuda dan duduk di belakang sang anak, tidak lama mereka menunggangi sang kuda kecil mereka,  suara sumbang kembali terdengar, jadi orang kok sungguh tidak punya peri kehewanan, kuda kecil diberi beban yang begitu berat, tanpa piker panjang akhirnya sang bapak dan anaknya turun dan menggendong kuda peliharaan mereka sambil berjalan, namun hal ini tidak terlepas dari omongan orang lain, malah bapak dan anak dianggap orang yang lagi sakit jiwa. 
Ya….. kembali lagi, setiap yang kita lakukan, baik itu baik, tidak baik, pasti ada yang tidak setuju, itulah kehidupan.
     Jangan pernah merisaukan rezeki Karena dia pasti akan datang, kata beliau Rezeki itu datangnya dari empat penjuru,
Yang pertama, beliau menyatakan bahwa "kebutuhan dasar”  merupakan Rezeki karena  meskipun seseorang tidak bekerja maka Allah akan tetap memberinya rezeki, misalkan seorang kakek tua yang sudah tidak mampu bekerja dan tidak memiliki keluarga, maka Allah yang menjamin rezekinya
melalui orang-orang yang ada di sekitarnya.
Selanjutnya beliau mengatakan bahwa datangnya "rezeki tergantung dari amal perbuatan masing-masing manusia itu sendiri",  apakah sama yang akan didapatkan seseoarang yang hanya berpangku tangan dengan orang yang bekerja keras, membanting tulang , berusaha sekuat tenaga, misalkan seorang anak yang hanya sukanya bermalas-malasan, dengan anak yang begitu rajin belajar, maka pasti mereka akan meiliki perbedaan dai sgi pengetahuan dan kelak ketika mereka besar maka bisa dipastikan yang rajn belajar akan mendapatkan kemudahan dalam hidupnya, pekerjaan yang akan mencarinya.
Dalam hal ini beliau mencotohkan dirinya,
Kemudian menurut beliau, rezeki datang jika manusia itu mensyukuri nikmat yang telah dikaruniakan padanya, beliau bercerita bagaimana ujian yang  telah dilewatinya dengan penuh kesyukuran akhirnya membuka rezeki yang lebih luas bagi diri dan keluarganya,
Dulu beliau, ditempatkan di pulau Bima, salah satu kota yang terletak di  Propinsi Nusa Tenggara Barat, disana beliau, tinggal disebuah rumah di tengah sawah, pada suatu hari, rumah tempat tinggal beliau kemalingan beras, karena pada zaman itu, PNS mendapat tunjangan beras, sebagai tambahan gaji, maka beras yang menjadi tumpuan harapan mereka untuk memenuhi kebutuhan keluarga selama sebulan raib dicuri maling, sampai sang istri sangat sedih pada saat mengetahui hal itu.
Kesedihan masih terpancar di wajah sang istri, ketika hendak ke dapur memasak namun tak ada bahan baku untuk itu,  karena sedih melihat wajah  sang istri, akhirnya beliau bermiat berjalan-jalan hendak mencari pinjaman, namun belum sempat kaki melangkah meninggalkan rumah mereka, terdengar ketukan daun pintu yang diikuti salam, “Assalamu alaikum”, Waalaikumsalam, jawab beliau,
Ternyata, yang berdiri di balik pintu adalah seorang tetangga yang setiap hari beliau silaturahmi dengan mengucap salam setiap sang tetangga melewati rumah beliau untuk menuju ke Masjid.
“Tetangga  : Bapak Pitono, saya dengar bapak kemalingan beras ya semalam”
Pak Pitono  : iya pak, mungkin berasnya belum rezeki
Tetangga     :  Pak, ini ada sedikit beras, sebagai pengganti dari beras bapak yang digondoli maling
Pak Pitono   : Terimakasih pak, ini banyak sekali pak (sekarung) semoga Allah membalasnya
Tetangga      :  Aamiin, kalau begitu saya pamit pak
Pak Pitono    :  monggo, sekali lagi terimakasih pak.
Beras yang diantar pak tetagga mampu menyulap wajah sang istri yang tadinya kusut, buram menjadi begitu ceria, bahagia bukan kepayang.
Tidak sampai disitu balasan kebahagian atas ujian yang mereka lewati, tak berselang lama sang pak tetangga berlalu meninggalkan rumah beliau kembali datang seorang sosok yang tidak asing, bapak itu adalah orang suruhan atasannya di kantor (ternyata kabar raibnya beras, dibawah maling sampai ke teliga atasannya, atasannya adalah orang yng mudah empati dengan keadaan orang lain, apalagi atasan beliau itu sangat mengetahui kondisi ekonomi keluarganya.
Sosok yang tida asing itu berdiri sembari memegang ujung karung yang baru diturunkan dari punggungnya, dan Masya Allah kesyukuran itu semakin membuncah akan balasan atas kesabaran dengan ujian yang baru saja menimpa keluarga.
Selanjutnya, Rezeki aka semakin mengalir bagai air jika hati sang pemilik jasad mensyukuri semua yang menjadi jatahnya, namun bukan berarti diam saja tanpa ada usaha untuk melakukan perubahan yang lebih baik.
Selanjutnya rezeki akan mendatangi tanpa dipikirkan, ini tergantung dari ketaqwaan seseorang kepada Rab-Nya, contoh yang paling utama adalah Baginda Rauslullah Muhammad SAW, yag tidak pernah takut akan rezekinya, setiap beliau dan golongan Mukminin memenangkan peperangan, Beliau dan sahabat tidak pernah mengambil harta rampasan itu sepenuhnya, harta itu kemudian dibagikan kepada para fakir miskin, anak yatim dan janda-janda yang telah ditinggal oleh suami-suami mereka.
Catatan yang sangat berharga bagi saya pada sharing kali ini bahwa seseorang akan menjadi dewasa  jika banyak ditempa, dia akan lebih bijak dalam mengambil keputusann dan akan lebih sabar menjaani setiap fase kehidupan.
Setiap kehidupan, bukan hanya pada orang lain, tapi dalam kelurga pasti ada perbedaaan, namun perbedaan yang ada jangan dipersoalkan tapi dimanfaatkan.

Tidak ada komentar: