Senin, 23 Maret 2015

Jilbab Is My Life



“ Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasanya adalah wanita shalihah”
Iinilah salah satu sabda Rasulullah bagi kaum wanita, Wanita adalah sebaik-baik perhiasan dunia, lalu apa yang akan kita lakukan pada perhiasan yang kita miliki? Perhiasan haruslah disimpan, dirawat dan dijaga sebaik mungkin agar tetap memliki nilai dan pesona yang tak pernah pudar.
Secara khusus Allah SWT menuliskan firman-Nya dalam Qura’an Surah Al Ahzab : 59
“Hai Nabi, katakanlah kepad istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri  orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah  adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.”
Allah SWT begitu menyayangi wanita sehingga diturunkan ayatnya agar wanita mengetahui bagaimana cara menjaga dirinya agar terhindar dari gangguan.
Saat jari ini menari di atasa keyboard notebook berukuran 10 inch tiba-tiba ingatan saya kembali kemasa-masa dulu dimana awal mulanya saya menggunakan penutup kepala (kerudung), saat itu saya duduk di kelas satu SMA, kala itu jilbab menurut saya hanya sebuah trand dan alat agar terhindar dari panasnya matahari, terbukti ketika di setiap ada acara exscool saya jarang memakai kerudung, artinya pakai kerudung hanya pada jam sekolah saja. Dan hal ini berlangsung sampai duduk di bangku kuliah, ke kampus pakai kerudung, keluar dengan tujuan lain sering buka kerudung.
Suatu waktu Allah SWT memberikan peluang masa depan yang lebih baik, namun untuk mendapatkan semua itu perlu usaha dan do’a untuk bisa mendapatkannya, hingga tak sadar saya bernazar “Jika saya lulus dalam ujian ini maka Insya Allah saya akan selalu memakai jilbab”, kala itu pemahaman saya tetntang jilbab hanya sekedar menutup rambut dan seluruh badan tanpa memperhatikan apakah pakaiannya ketat, ataupun transparan,  yang  jelasnya jilbab menutup rambut sampai dada.

Hingga suatu ketika Allah SWT mempertemukanku dengan komunitas yang notabene orang yang tergabung di dalamnya kebanyakan menutup aurat dengan baik atau berjilbab dengan syar’i, kucoba masuk dalam komunitas itu dan belajar tentang jilbab, hingga dengan sendirinya kutersadar bahwa selama ini saya keliru, sayapun mencoba memperbaiki kesalahan saya dengan belajar menutup aurat dengan baik. Ketika keputusan untuk berjilba dengan baik kuazzamkan banyak hal yang saya dapatkan saya merasa lebih nyaman, lebih terjaga, lebih bahagia, dan dihargai orang-orang sekitar apalagi pemuda-pemuda di jalan, pernah suatu ketika saya bersama seorang teman dengan pakaian rok mini menuju supermarket dengan berjalan kaki dan kami berpapasan dengan beberapa laki-laki di jalan yang saya pikir mereka tukang ojek yang lagi cari penumpang, dengan mata melotot memperhatikan teman saya sambil bersiul-siul dengan nada menggoda, namun ketika kami diseberang jalan bertemu dengan pemuda yang saya yakini mereka pengamen, dengan senyum mereka mengucapkan salam.
Perubahan penampilan khususnya jilbab menjadi lebih baik tidak serta merta membuat keluarga besar bisa menerima (maklum keluarga saya kurang faham agama, yang lumrah di masyarakat maka itulah yang dianggapnya baik, dan sangat benar ungkapan yang mengatakan bahwa “ kesalahan-kesalahan yang dilakukan terus menerus akan dianggap sebuah kebenaran”), hampir setiap hari saya selalu mendengar kalimat:
  Tidak perlu pakai jilbab dalam rumah nanti rambutnya rontok dan kepalanya botak!”
“ Biasa aja penampilannya, kayak dulu! Kalau sekarang kelihatan lebih tua”
“ Pakai jilbabnya yang biasa aja,  kayak yang lain!!!!!”
Saya kadang hanya tersenyum sambil berujar, “ Insya Allah tidak akan rontok bu”,  
Dalam Q.S An-Nisa ayat 23 dengan jelas dikataakan dengan siapa kita boleh memperlihatkan aurat.
“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; saudara yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri-istri yang kau campuri; tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu maka tidak bersosa kamu mengawininya dan diharamkan bagimu istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan daln perkawinan dua perempuan bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang”
Ketika pengaruh dari luar dapat kita jawab dengan penjelasan berdasar pada Al Qur’an dan As Sunah, namun ketika pengaruh itu datang dari dalam hati, hadir tiba-tiba bergelayut di  qalbu, ketika berada pada kondisi yang membuat lupa bahwa Allah membenci orang-orang yang mengingkari perintah-Nya, (hikmahnya: dalam segala hal sangat penting pondasi iman yang kuat, karena ujian akan selalu datang, tergantung bagaimana kita menghadapainya, kalau pondasi imannya kuat maka akan tahan dengan godaan karena musuh bukan bukan hanya datang dari orang lain tapi musuh terbesar itulah diri sendiri). Hingga beberapa kali azzam untuk berjilbab syar’i itu terasa kuat... melempem.. kuat… melempem... kuat.... Dan pintaku semoga senantiasa dikuatkan sampai akhir hayat, Aamiin.
Kelopak mata yang asyik memperhatikan huruf demi huruf dalam layar notebook tiba-tiba menghadirkan senyum di bibir ketika teringat saat salah seorang teman ngaji menawariku mengisi pengajian di kompleks perumahan guru tempat beliau mengajar, saya tak menduga dan tak mengerti mengapa beliau bisa berfikir untuk menawari saya, padahal berdasarkan pengetahuan Agama saya masih dibawah rata-rata, ternyata menurut orang-orang umum di masyarakat “ Dengan berjilbab dengan baik sudah dianggap memiliki pemahaman agama yang tinggi” padahal realitasnya tidak seperti itu, bisa jadi seseorang yang berpengetahuan tinggi tapi tidak mengamalkan dalam kehidupan sehari-harinya, dan orang yang memiliki ilmu pas-pasan tapi mensyukuri karunia-Nya dengan berbuat sesuai yang diperintahkan-Nya.
Yang lebih membuat saya tersenyum, ketika saya dan ketiga teman duduk di salah satu tempat wisata di Pulau Dewata, tiba-tiba seorang penjual souvenir menyapa dan mengajak kami ngobrol
“Ibu ini sudah haji ya?????????”
Aku dan ketiga teman tertegun saling berpandangan sambl tersenyum dan berujar
“ Aamiin..., belum bu”
“ Kami belum haji, tapi Insya Allah nanti bisa naik ke Tanah Suci”, timpalku
“ Bukannya dalam Islam itu, kalau sudah pakai jilbab berarti sudah haji?” kata si ibu melanjutkan pertanyaanya
“ Kalau dalam islam, memakai jilbab itu wajib hukumnya, artinya menutup aurat itu harus ditunaikan, kalau dilanggar akan mendapat dosa, jadi yang haji atau belum haji hukumnya sama” wajib””.
“ Oh… begitu rupanya
“ Iya, seperti itulah bu”.
Ternyata berjilbab itu indah, memberikan rasa nyaman, lebih terjaga, lebih bahagaia dan lebih dihargai orang sekitar. Berjilbab adalah kewajiban yang harus ditunaikan wanita Islam agar dia mendapat kebaikan dunia dan akhirat.
Mari tebarkan jilbab dimanapun kita berada karena jika hal ini banyak didapatkan di masyarakat maka akan dijadikan sebagai trand dan mari berbagi ilmu agar kita berjilbab bukan hanya mengikuti trand tapi karena Allah SWT semata.

Gambar dipinjam dari http://www.ayonarsis.com/jilbab-syari-vs-jilbab-gaul/

Tidak ada komentar: