Iinilah
salah satu sabda Rasulullah bagi kaum wanita, Wanita adalah sebaik-baik
perhiasan dunia, lalu apa yang akan kita lakukan pada perhiasan yang kita miliki?
Perhiasan haruslah disimpan, dirawat dan dijaga sebaik mungkin agar tetap memliki
nilai dan pesona yang tak pernah pudar.
Secara
khusus Allah SWT menuliskan firman-Nya dalam Qura’an Surah Al Ahzab : 59
“Hai Nabi, katakanlah kepad
istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.”
Allah
SWT begitu menyayangi wanita sehingga diturunkan ayatnya agar wanita mengetahui
bagaimana cara menjaga dirinya agar terhindar dari gangguan.
Saat
jari ini menari di atasa keyboard
notebook berukuran 10 inch tiba-tiba
ingatan saya kembali kemasa-masa dulu dimana awal mulanya saya menggunakan
penutup kepala (kerudung), saat itu saya duduk di kelas satu SMA, kala itu jilbab
menurut saya hanya sebuah trand dan
alat agar terhindar dari panasnya matahari, terbukti ketika di setiap ada acara
exscool saya jarang memakai kerudung,
artinya pakai kerudung hanya pada jam sekolah saja. Dan hal ini berlangsung
sampai duduk di bangku kuliah, ke kampus pakai kerudung, keluar dengan tujuan
lain sering buka kerudung.
Suatu
waktu Allah SWT memberikan peluang masa depan yang lebih baik, namun untuk mendapatkan
semua itu perlu usaha dan do’a untuk bisa mendapatkannya, hingga tak sadar saya
bernazar “Jika saya lulus dalam ujian ini
maka Insya Allah saya akan selalu memakai jilbab”, kala itu pemahaman saya
tetntang jilbab hanya sekedar menutup rambut dan seluruh badan tanpa
memperhatikan apakah pakaiannya ketat, ataupun transparan, yang
jelasnya jilbab menutup rambut sampai dada.
Hingga
suatu ketika Allah SWT mempertemukanku dengan komunitas yang notabene orang
yang tergabung di dalamnya kebanyakan menutup aurat dengan baik atau berjilbab
dengan syar’i, kucoba masuk dalam komunitas itu dan belajar tentang jilbab,
hingga dengan sendirinya kutersadar bahwa selama ini saya keliru, sayapun
mencoba memperbaiki kesalahan saya dengan belajar menutup aurat dengan baik.
Ketika keputusan untuk berjilba dengan baik kuazzamkan banyak hal yang saya dapatkan
saya merasa lebih nyaman, lebih terjaga, lebih bahagia, dan dihargai
orang-orang sekitar apalagi pemuda-pemuda di jalan, pernah suatu ketika saya
bersama seorang teman dengan pakaian rok mini menuju supermarket dengan berjalan kaki
dan kami berpapasan dengan beberapa laki-laki di jalan yang saya pikir
mereka tukang ojek yang lagi cari penumpang, dengan mata melotot memperhatikan
teman saya sambil bersiul-siul dengan nada menggoda, namun ketika kami
diseberang jalan bertemu dengan pemuda yang saya yakini mereka pengamen, dengan
senyum mereka mengucapkan salam.
Perubahan
penampilan khususnya jilbab menjadi lebih baik tidak serta merta membuat
keluarga besar bisa menerima (maklum keluarga saya kurang faham agama, yang
lumrah di masyarakat maka itulah yang dianggapnya baik, dan sangat benar
ungkapan yang mengatakan bahwa “ kesalahan-kesalahan
yang dilakukan terus menerus akan dianggap sebuah kebenaran”), hampir
setiap hari saya selalu mendengar kalimat:
“
Tidak perlu pakai jilbab dalam rumah nanti rambutnya rontok dan kepalanya
botak!”
“ Biasa aja penampilannya, kayak
dulu! Kalau sekarang kelihatan lebih tua”
“ Pakai jilbabnya yang biasa
aja, kayak yang lain!!!!!”
Saya
kadang hanya tersenyum sambil berujar, “ Insya
Allah tidak akan rontok bu”,
Dalam
Q.S An-Nisa ayat 23 dengan jelas
dikataakan dengan siapa kita boleh memperlihatkan aurat.
“Diharamkan atas kamu (mengawini)
ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudara bapakmu yang perempuan;
saudara-saudara ibumu yang perempuan; saudara yang laki-laki; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibu yang menyusui kamu;
saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang
dalam pemeliharaanmu dari istri-istri yang kau campuri; tetapi jika kamu belum campur
dengan istrimu itu maka tidak bersosa kamu mengawininya dan diharamkan bagimu
istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan daln perkawinan dua
perempuan bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya
Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang”
Ketika
pengaruh dari luar dapat kita jawab dengan penjelasan berdasar pada Al Qur’an dan As Sunah, namun ketika pengaruh itu datang dari dalam hati, hadir
tiba-tiba bergelayut di qalbu, ketika berada
pada kondisi yang membuat lupa bahwa Allah membenci orang-orang yang
mengingkari perintah-Nya, (hikmahnya: dalam segala hal sangat penting pondasi iman
yang kuat, karena ujian akan selalu datang, tergantung bagaimana kita
menghadapainya, kalau pondasi imannya kuat maka akan tahan dengan godaan karena
musuh bukan bukan hanya datang dari orang lain tapi musuh terbesar itulah diri
sendiri). Hingga beberapa kali azzam untuk berjilbab syar’i itu terasa kuat... melempem.. kuat… melempem... kuat....
Dan
pintaku semoga senantiasa dikuatkan sampai akhir hayat, Aamiin.
Kelopak
mata yang asyik memperhatikan huruf demi huruf dalam layar notebook tiba-tiba
menghadirkan senyum di bibir ketika teringat saat salah seorang teman ngaji
menawariku mengisi pengajian di kompleks perumahan guru tempat beliau mengajar,
saya tak menduga dan tak mengerti mengapa beliau bisa berfikir untuk menawari
saya, padahal berdasarkan pengetahuan Agama saya masih dibawah rata-rata, ternyata
menurut orang-orang umum di masyarakat “ Dengan
berjilbab dengan baik sudah dianggap memiliki pemahaman agama yang tinggi”
padahal realitasnya tidak seperti itu, bisa jadi seseorang yang berpengetahuan
tinggi tapi tidak mengamalkan dalam kehidupan sehari-harinya, dan orang yang
memiliki ilmu pas-pasan tapi mensyukuri karunia-Nya dengan berbuat sesuai yang
diperintahkan-Nya.
Yang
lebih membuat saya tersenyum, ketika saya dan ketiga teman duduk di salah satu
tempat wisata di Pulau Dewata,
tiba-tiba seorang penjual souvenir
menyapa dan mengajak kami ngobrol
“Ibu ini sudah haji ya?????????”
Aku
dan ketiga teman tertegun saling berpandangan sambl tersenyum dan berujar
“ Aamiin..., belum bu”
“ Kami belum haji, tapi Insya Allah
nanti bisa naik ke Tanah Suci”, timpalku
“ Bukannya dalam Islam itu, kalau
sudah pakai jilbab berarti sudah haji?” kata si ibu
melanjutkan pertanyaanya
“ Kalau dalam islam, memakai jilbab
itu wajib hukumnya, artinya menutup aurat itu harus ditunaikan, kalau dilanggar
akan mendapat dosa, jadi yang haji atau belum haji hukumnya sama” wajib””.
“ Oh… begitu rupanya”
“ Iya, seperti itulah bu”.
Ternyata
berjilbab itu indah, memberikan rasa nyaman,
lebih terjaga, lebih bahagaia dan lebih dihargai orang sekitar. Berjilbab adalah kewajiban yang harus
ditunaikan wanita Islam agar dia mendapat kebaikan dunia dan akhirat.
Mari
tebarkan jilbab dimanapun kita berada karena jika hal ini banyak didapatkan di masyarakat
maka akan dijadikan sebagai trand dan
mari berbagi ilmu agar kita berjilbab bukan
hanya mengikuti trand tapi karena
Allah SWT semata.
Gambar dipinjam dari http://www.ayonarsis.com/jilbab-syari-vs-jilbab-gaul/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar