Rabu, 16 Januari 2013

Monas I'm Coming



Kriiiiiiiin, kriiiiiiiiing, kriiiiiiiiiiiiing…
Suara jam dinding yang berdiri bagai suara militer di sudut ruang tamu terdengar nyaring seakan ingin mengumumkan bahwa waktu menunjukan jam 00.00 WITA, namun  saya masih mondar mandir dari ruang tamu, ke dapur dan sesekali membaringkan diri di ruang keluarga sambil nonton acara TV yang tidak saya perhatikan nama acaranya.
Hampir tiap menit saya pencet perintah buka kunci hand phone  yang memang tidak lepas dari genggaman, Ah….belum ada kabar beritanya, padahal hari ini pengumuman kelulusan,
Apa mungkin saya tidak lulus ya? Sehingga tidak ada yang ngasih kabar, gumamku dalam hati.
Sesekali kuhubungi seseorang yang memang bisa dipercaya informasinya, namun jawabannya juga sama, nihil.
Pagi yang mengecewakan…..
Karena semalam tidurnya larut jadi bangunnya kesiangan,  kulihat hand phone di sampingku, ternyata low bat,  sayapun segera menuju ruang keluarga dan mencargernya. Karena masih sangat penasaran dengan pengumuman SPMB di salah satu  Sekolah Tinggi Kedinasan di Jakarta yang saya ikuti, hand phone yang batareinya baru  terisi satu buru-buru saya nyalakan, dan benar saja ada pesan pendek dari seseorang yang memang  saya kenal nomornya,
“jangan sedih ya dek…..
mungkin dengan kuliah di jakarta,
 bukan yang terbaik untuk saat ini, 
semoga next time, harapannya bisa terwujud, Aamiin…..”
Begitulah kira-kira smsnya, saya tak sadar air mata menetes, tanda kecewa, harapan-harapan itu kini hanya menjadi khayalan, harapan bisa menginjakan kaki di Ibu kota Negara, harapan bisa kuliah di PTK, harapan menikmati kota Jakarta dari atas Tugu Monas, harapan menyaksikan langsung apa yang hanya bisa dilihat di layar kaca, ah…semuanya kini tinggal harapan, desisku sambil menarik nafas penuh rasa kecewa.
Harapan itu datang menghampiri…
Hampir dua tahun telah berlalu, saat saya tengah membaca sebuah buku yang tadi siang saya pinjam di Perpustakaan Kampus, tiba-tiba terdengar suara hand phone, kupencet key warna ijo dan kudengar suara diujung telepon yang sangat  saya kenali,

Assalamu Alaikum bu…
Waalaikumsalam Wr Wb,  gimana kabarmu nak? Alhmadulillah baik bu, jawabku.
Tanpa panjang lebar beliau menyampaikan maksud dan tujuan menghubungiku,
beliau mengabarkan bahwa ada pendaftaran CPNS di salah satu instansi dan setelah dinyatakan lulus maka akan dikuliahkan setahun di Jakarta, tepatnya di STIS, (PTK yang dulu menjadi impian untuk memenuhi harapan bisa kuliah gratis, harapan menginjakan kaki di ibu kota Jakarta, Harapan naik Tugu Monas dan menikmati Jakarta dari atas Tugu Monas).
Dengan sehalus mungkin kutolak permintaan ibu, karena saya khawatir kecewa untuk yang kedua kalinya, dan saat itu saya sudah merasa nyaman dengan teman-teman kuliah di salah satu Universitas di Makasar, namun beliau dan kakak memberikan semangat, akhirnya saya mengiyakannya juga.
Ibu tunggu besok ya nak, hati-hati di jalan,  Tut…tut...tut… terdengar suara telpon terputus.
Tanpa ba..bi..bu…saya  packing beberapa pakain yang akan saya gunakan saat di rumah dan saat pengurusan nanti.
Dengan semangat memberikan prestasi untuk sang ibu dan agar tidak kecewa yang ke-dua kalinya, saya begitu giat belajar dengan memperbanyak latihan soal-soal tahun lalu, bertanya kepada kakak jika ada soal yang tidak difahami.
Tiba hari “H”, saya dan peserta ujian lainnya semangat menyelesaiakn soal-soal yang telah dibagikan oleh panitia. Karena pendaftaran waktu itu belum online dan pemberitahuan ke khalayak ramai sangat minim akhirnya tercatat peserta ujian tidak melebihi angka seratus.
Karena soal-soal ujian SPMB D4 dua tahu lalu tidak berbeda jauh dengan soal ujian kali ini, memudahkan saya menyelesaikan soal-soal yang tertulis di atas kertas HVS berwarna hijau dan merah jambu itu, apalagi soal ujian kali ini tidak  ada soal mata pelajaran Bahasa Inggris yang semakin menambah semangat saya untuk segera menuntaskan soal-soal itu.
 Ujian CPNS telah berlalu, saya kembali beraktifitas seperti biasa, ke kota Daeng untuk menuntut ilmu, menyelesaikan tugas dari dosen, berkumpul dengan teman-teman kuliah dan sesekali di sore hari nongrong di beranda kosan bersama anak-anak ASPURI (Asrama Putri) yang terletak di Jalan Sultan Alauddin Lorong 1 Nomor 10 Makassar.
Malam yang mengharukan…
Seharian saya kurang fokus beraktifitas, namun saya tetap bertekad tidak akan menghubungi siapapun atau mencari di internet hasil pengumuman ujian CPNS yang saya ikuti, tekad untuk mengetahui hasil tes benar-benar saya pendam, khawatir kecewa lagi, pikirku.
Tepat jam 00.00 suara hand phone mengagetkanku karena memang sementara digenggaman, ternyata ada pesan masuk,  perlahan  saya buka in box, dengan membaca Basmalah, kubaca pesan singkat dari seseorang,
“Alhamdulillah, kamu lulus dek, selamat ya……!!!!!”
Saya seakan tak percaya dengan pesan singkat itu, dan hand phone yang masih di genggaman kembali berbunyi,  saya dengar suara dari ujung telepon “selamat ya dek, uh…g bisa tidur nih, canda kak Rahman”.
Masya Allah ini bukan mimpi saya benar-benar lulus dalam ujian CPNS.
Kebahagian ini langsung saya kabarkan ke pada ibu, bapak dan kakak. Merekapun bahagia mendengarnya. Alhamdulillah, segala yang terjadi pada hamba-Nya tidak lain dan tak bukan hanya karena kemurahan dan kecintaan-Nya yang tentunya harus dengan usaha dan do’a yang sungguh-sungguh.
Monas, I’m Coming…
Empat bulan saya dan teman-teman lainnya telah masuk dalam daftar CPNS di Negeri ini, dan seperti janji sebelumnya bahwa kami akan dikuliahkan D1 di sekeolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta, dengan perasaan gembira, bahagia, senang kami menginjakan kaki di Ibu Kota Negara Republik Indonesia yang menjadi impian banyak orang.
Saat kami turun dari Bus Bandara yang mengantar kami dari Bandara Soekarno Hatta menuju terminal Gambir kami kembali menaiki Taxi (tapi bukan Taxi Kalimantan, ini asli Taxi) kami disambut macet yang luar biasa karena hari itu bertepatan dengan demo besar-besaran atas melonjaknya harga BBM, kendaraan yang mau lewat sampai berkilo-kilo panjangnya, sungguh suatu pemandangan yang baru saya saksikan langsung dengan mata kepala tanpa diperantarai kaca pada kotak hitam, selain itu gedung-gedung pencakar langit menyambut kami dengan hangat terutama Tugu Monas, sungai-sungai atau tepatnya selokan yang kami saksikan lewat jendela taxi bernama Blue Bird  airnya hitam dan penuh dengan sampah, kereta api lewat di atas kepala kami yang sempat mengagetkan saya dan teman lainnya, jalanan saling silang menyilang namun kelihatan cantik karena tertata dengan baik, maklum baru pertama lihat, he…  
Dua minggu kini saya dan seluruh teman dari penjuru Nusantara telah tercatat sebagai Mahasiswa Tugas  Belajar di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta dan tidak menunggu waktu lama, hari minggu saya dan teman kost menuju Tugu Monas, dan menikmati ramainya Jogging di Halaman Tugu monas di pagi hari, dan yang pertama dan utama maenikmati pemandangan kota Jakarta dari atas Tugu Monas”.
Masya Allah…ternyata Allah itu akan memberi apa yang diinginkan hambanya jika memang itu yang terbaik  namun semua butuh waktu, waktu itu bisa cepat ataupun lama namun untuk mendapatkannya harus dengan ikhtiar dan do’a yang sungguh-sungguh serta do’a restu dari orang-orang terdekat.
Terimakasih ya Allah….terimakasih untuk orang-orang yang selalu memberikan semangat, motivasi, bantuan,  dan do’a  yang tulus semoga Allah selalu memudahkan jalan-jalan kita, Aamiin Ya Robbal Alamiin.

1 komentar:

Nurin Ainistikmalia mengatakan...

inikah tulisan barunya? akhirnya ke Monas juga ya