Kriiiiiiiin, kriiiiiiiiing, kriiiiiiiiiiiiing…
Suara jam dinding yang berdiri bagai suara militer di sudut ruang
tamu terdengar nyaring seakan ingin mengumumkan bahwa waktu menunjukan jam
00.00 WITA, namun saya masih mondar
mandir dari ruang tamu, ke dapur dan sesekali membaringkan diri di ruang
keluarga sambil nonton acara TV yang tidak saya perhatikan nama acaranya.
Hampir tiap menit saya pencet perintah buka kunci hand phone yang memang tidak lepas dari genggaman, Ah….belum
ada kabar beritanya, padahal hari ini pengumuman kelulusan,
Apa mungkin saya tidak lulus ya? Sehingga tidak ada yang
ngasih kabar, gumamku dalam hati.
Sesekali kuhubungi seseorang yang memang bisa dipercaya
informasinya, namun jawabannya juga sama, nihil.
Pagi yang
mengecewakan…..
Karena semalam tidurnya larut jadi bangunnya kesiangan, kulihat hand phone di sampingku, ternyata low bat, sayapun segera menuju ruang keluarga dan mencargernya. Karena masih sangat
penasaran dengan pengumuman SPMB di salah satu
Sekolah Tinggi Kedinasan di Jakarta yang saya ikuti, hand phone yang batareinya baru terisi satu buru-buru saya nyalakan, dan benar
saja ada pesan pendek dari seseorang yang memang saya kenal nomornya,
“jangan sedih
ya dek…..
mungkin dengan
kuliah di jakarta,
bukan yang terbaik untuk saat ini,
semoga next
time, harapannya bisa terwujud, Aamiin…..”
Begitulah kira-kira smsnya, saya tak sadar air mata menetes,
tanda kecewa, harapan-harapan itu kini hanya menjadi khayalan, harapan bisa
menginjakan kaki di Ibu kota Negara, harapan bisa kuliah di PTK, harapan menikmati
kota Jakarta dari atas Tugu Monas, harapan menyaksikan langsung apa yang hanya
bisa dilihat di layar kaca, ah…semuanya kini tinggal harapan, desisku sambil
menarik nafas penuh rasa kecewa.
Harapan itu
datang menghampiri…
Hampir dua tahun telah berlalu, saat saya tengah membaca
sebuah buku yang tadi siang saya pinjam di Perpustakaan Kampus, tiba-tiba
terdengar suara hand phone, kupencet key warna ijo dan kudengar suara diujung
telepon yang sangat saya kenali,